Hubungan Indonesia – Malaysia seringkali diwarnai ketegangan
karena masalah seperti isu perbatasan, perlakuan terhadap tenaga kerja
Indonesia, serta beban sejarah kedua negara.
Pasang surut
ketegangan hubungan kedua negara pendiri Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia
Tenggara (ASEAN) itu diwarnai dengan berbagai hal mulai dari
konfrontasi terhadap Malaysia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno,
hingga lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan dari Republik Indonesia ke
tangan Malaysia.
Terakhir, hasil temuan Komisi I DPR menunjukkan
bahwa negeri jiran itu telah mengklaim kawasan Camar Bulan, Kalimantan
Barat, yang sudah dimasukkan ke dalam peta administratif pemerintah
Diraja Malaysia
Media Ikut Picu Ketegangan Hubungan Indonesia-Malaysia
Direktur
Pemberitaan Perum LKBN ANTARA Saiful Hadi mengatakan ketegangan
hubungan Indonesia – Malaysia seringkali dipicu pemberitaan media yang
memuat kepentingan para pemiliknya.
“Industri media kita ini,
terutama televisi, dipengaruhi oleh rating. Semakin sering masalah
kontroversial diangkat maka semakin tinggi ratingnya” kata Saiful
ketika menjadi pembicara dalam Seminar Internasional bertajuk “Masa
Depan Hubungan Indonesia – Malaysia dan ASEAN” yang digelar di Kampus
UIN Syarif HIdayatullah, Jakarta, Kamis.
Saiful mengatakan
beberapa media dan televisi seringkali mendorong isu konfrontasi
terhadap Malaysia dengan tujuan untuk menyudutkan pemerintah.
“Televisi
selalu membanding-bandingkan kekuatan kedua negara, misalnya menyoroti
problem alutsista Indonesia yang lemah, namun tujuannya bukan
menyerang Malaysia, tetapi pemerintah,” kata Saiful.
“Para pemilik
televisi seringkali melarutkan kepentingannya dalam pemberitaan. Yang
perang kepentingan itu sebenarnya mereka, tujuannya supaya pemerintah
terlihat lemah,” katanya.
Saiful juga mengatakan perimbangan
pemberitaan mengenai hubungan dua negara serumpun itu sulit dilakukan
karena biasanya pihak Malaysia tidak mau memberikan penjelasan mengenai
kasus-kasus yang melibatkan hubungan dua negara.
“Memang media
sulit sekali mencari narasumber dari pihak Malaysia, sehingga
perimbangan pemberitaan seringkali tak terjadi,” kata Saiful.
“Kita
butuh duta besar Malaysia yang berani menghadapi setiap masalah,
keliling ke kampus-kampus, parlemen, serta berhadapan dengan massa.
Kalau tidak, ganti saja dubesnya,” katanya dalam seminar yang juga
dihadiri beberapa pemikir dari Malaysia itu.
Sejarah Konflik Indonesia-Malaysia
1963:
Pada tahun 1963, terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
Perang ini berawal dari keinginan Malaysia untuk menggabungkan Brunei,
Sabah dan Sarawak dengan Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961
(Lihat: Konfrontasi Indonesia-Malaysia).
2002:
Hubungan antara Indonesia dan Malaysia juga sempat memburuk pada tahun
2002 ketika kepulauan Sipadan dan Ligitan diklaim oleh Malaysia sebagai
wilayah mereka, dan berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional (MI)
di Den Haag, Belanda bahwa Sipadan dan Ligitan merupakan wilayah
Malaysia. Sipadan dan Ligitan merupakan pulau kecil di perairan dekat
kawasan pantai negara bagian Sabah dan Provinsi Kalimantan Timur, yang
diklaim dua negara sehingga menimbulkan persengkataan yang berlangsung
selama lebih dari tiga dekade. Sipadan dan Ligitan menjadi ganjalan
kecil dalam hubungan sejak tahun 1969 ketika kedua negara mengajukan
klaim atas kedua pulau itu. Kedua negara tahun 1997 sepakat untuk
menyelesaikan sengketa wilayah itu di MI setelah gagal melakukan
negosiasi bilateral. Kedua belah pihak menandatangani kesepakatan pada
Mei 1997 untuk menyerahkan persengkataan itu kepada MI. MI diserahkan
tanggung jawab untuk menyelesaikan sengketa dengan jiwa kemitraan.
Kedua belah pihak juga sepakat untuk menerima keputusan pengadilan
sebagai penyelesaian akhir sengketa tersebut.
2005: Pada 2005 terjadi sengketa mengenai batas wilayah dan kepemilikan Ambalat.
2007:
Pada Oktober 2007 terjadi konflik akan kepemilikan lagu Rasa
Sayang-Sayange dikarenakan lagu ini digunakan oleh departemen
Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang
dirilis sekitar Oktober
2007. Sementara
Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu
Rasa Sayange merupakan lagu Kepulauan Nusantara (Malay archipelago),
Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu “Rasa Sayange”
adalah milik Indonesia, karena merupakan lagu rakyat yang telah
membudaya di provinsi ini sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu
hanya mengada-ada. Gubernur berusaha untuk mengumpulkan bukti otentik
bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Maluku, dan setelah bukti
tersebut terkumpul, akan diberikan kepada Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata. Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor menyatakan
bahwa rakyat Indonesia tidak bisa membuktikan bahwa lagu Rasa Sayange
merupakan lagu rakyat Indonesia
April 2011: Pada
bulan April 2011 dua negara ini kembali digegerkan dengan kasus
penangkapan nelayan Malaysia yang tertangkap tangan oleh petugas
Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia. Belakangan terungkap bahwa
posisi dari penangkapan yang terjadi tidak akurat dikarenakan alat GPS
petugas Indonesia yang tidak berfungsi.
April 2011:
Pada bulan yang sama, masyarakat Indonesia dikagetkan dengan
didirikannya Museum Kerinci di Malaysia. Gedung ini berdiri atas kerja
sama Malaysia dengan Pemkab Kerinci, Indonesia. Kedua pihak berharap
keberadaan museum akan mempererat hubungan Kerinci-Malaysia. Namun
masyarakat Indonesia banyak yang menyayangkan pendirian museum ini.
Oktober 2011:
Pada Oktober 2011 Komisi I DPR RI menemukan adanya perubahan tapal
batas negara di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat yaitu Camar Bulan
& Tanjung Datuk. Pemerintah Indonesia diminta untuk menginvestigasi
masalah ini secara hati-hati.
Konflik antara Malaysia dan Indonesia ini tidak terjadi dengan sendirinya
Kita
harus membuka mata bahwa konflik antara Malaysia dan Indonesia ini
tidak terjadi dengan sendirinya. Ada unsur-unsur pemicu layaknya api
yang menimbulkan asap besar. Pertanyaannya siapakah pemantik api itu?
Umat Muslim? Bukan, karena kita hanya korban.
Pakar Melayu Prof.
Dr. Dato’ Nik Anuar Nik Mahmud dari Institut Alam dan Tamadun Melayu,
Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) mengamini bahwa ada intervensi
pihak luar di balik perseteruan kedua Negara serumpun muslim ini.
Dalam memoar buku Thomas Raffles disebutkan, Barat harus memastikan bahwa alam Melayu ini lemah. Untuk melemahkan, Raffles mengusulkan dua buah strategi.
Pertama,
imigran-imigran asing masuk ke Melayu supaya kawasan ini tidak menjadi
kawasan Melayu, melainkan majemuk (dibawa orang-orang China dan
India).
Kedua, pastikan bahwa raja-raja Melayu
yakni Semenanjung, Sumatera, Jawa dan sebagainya, tidak mengambil para
ulama Arab menjadi penasehat mereka. Jadi, tujuan mereka memang untuk
memisahkan Arab dengan Melayu.
Bersatunya antara Malaysia dan Indonesia membentuk Imperium Islam Melayu inilah yang sangat ditakuti oleh Zionisme.
Mereka
sadar Melayu adalah potensi kuat dalam membangkitkan Islam dari
tenggara Asia, maka itu jalur ini harus dihabisi, apapun caranya.
Dan pengalaman bangsa Indonesia yang kerap mudah diadu domba adalah kunci yang selalu mereka pegang saat zaman devide et impera.
Yang juga kita harus faham adalah Thomas Stamford Raffles sendiri seorang Freemason. Menurut Th Stevens dalam bukunya Tarekat Mason Bebas, Raffles pada tahun 1813 dilantik sebagai mason bebas di bantara “Virtutis et Artis Amici”. “Virtus” merupakan suatu bantara sementara di perkebunan Pondok Gede di Bogor.
Perkebunan itu dimiliki Wakil Suhu Agung Nicolaas Engelhard. Di situ Raffles dinaikkan pangkat menjadi ahli (gezel), dan hanya sebulan kemudian dinaikkan menjadi meester (suhu) di loge “De Vriendschap” di Surabaya.
Raffles
pula yang mendirikan Singapura modern yang kini menjadi basis Israel
di Asia Tenggara. Agen-agen zionis melalui Singapura adalah penghasut
sebenarnya dalam mengeruhkan hubungan sesama muslim Melayu.
Kebanyakan
koruptor Indonesia pun bermukim di Singapura setelah merampok uang
hasil keringat anak-anak Indonesia dan rakyat jelata.
Singapura
adalah sekutu zionis. Mereka tidak mau menandatangani perjanjian
extradisi dengan Indonesia semata-mata melindungi koruptor ini karena
mereka bawa banyak uang ke Singapura.
Untuk mengalihkan isu ini
dari masyarakat Indonesia, mereka akan coba cari isu supaya masyarakat
Indonesia lebih fokus pada isu yang mereka cipta.
Maka
diwujudkanlah isu sekarang, konfrontasi Malaysia-Indonesia. Melalui
media sekular di Negara ini, mereka terus berupaya agar rumpun Melayu
bangga akan identitas negara-nya masing-masing.
Adanya inflitrasi
Zionis di Malaysia juga bukan barang baru. Tahun lalu mantan wakil
perdana menteri Malaysia yang juga tokoh oposisi, Anwar Ibrahim, pernah
membeberkan fakta adanya keberadaan intelijen Zionis di markas
kepolisian federal Malaysia.
Kala itu bersama dengan Kelompok
Muslim, mereka menyatakan memiliki dokumen yang memperlihatkan
kemungkinan adanya intelijen Zionis kedalam strategi informasi negara
lewat perusahaan kontraktor bernama “Osiassov“, yang melaksanakan proyek pengembangan sistem komunikasi dan teknologi di markas besar polisi federal Malaysia.
Anwar Ibrahim menjelaskan bahwa perusahaan “Osiassov” terdaftar di Singapura namun berkantor pusat di negara penjajah Zionis Tel Aviv.
Menurut
Anwar, kehadiran dua mantan perwira tentara Zionis di perusahaan yang
bersangkutan, adalah sepengetahuan petugas polisi senior Malaysia dan
Menteri Dalam Negeri Malaysia sejak jaman Syed Ahmad Albar.
Yakinlah,
jika umat muslim Melayu tidak kembali ke ajaran Islam sejati dimana
tak ada ruang pada nasionalisme yang memberhalakan bangsa, benih
permusuhan itu akan selalu muncul, walau kedua Negara itu makmur dan
sama-sama beragama muslim.
Maka itu, bersatulah bangsa Melayu.
Bersatulah diatas Panji Islam yang akan membuka jalan tegaknya
dienullah ini di tanah perjuangan kita, tanah Melayu Darussalam.
(Diolah dari sumber :Eramuslim/Antaranews/Wikipedia/)
Bung, kalo ngga salah, konfrontasi Indonesia dan Malaysia dulu itu sebenernya karena ada "sekutu" yang membonceng untuk masuk ke Indonesia. Perang dulu sebenernya memusuhi "sekutu" ini, bukan Malaysia nya. Maaf, mungkin juga gua salah, tolong cek lagi.
ReplyDeletesemoga indo + malay bersatu
ReplyDeleteAamiin
ReplyDeleteciri2 org yg dlm tempurung ya spt ini.anda memikirkan dunia dlm tempurung akhirnya spt orang yg sedang melawak.tdk ada ygtakut sama islam bung,,hanya benci,krn kenapa,,ajarannya yg yg selalu memandang org yg tdk sefaham sebagai musuh.sy banyak membaca tulisan2 islam dan pada umumnya menunjuk musuhspt tulisan anda.cobalah fikirkan baik2.yg hrs ditakuti dr islam itu apanya,persenjataanya?rongsokan semua bung,masih ingat perang di iraq dan kwaid bung,he,he,,musuh bilang begini:KAMI KASIH WAKTU 3JAM DR SEKARANG UNTUK MENYERAH,KLU TDK,KAMI KIRIM KALIAN KE NERAKA SECARA BERJAMAAH.A,A,A,A,AMPUN MISTER,TOLONG JGN BUNUH KAMI.awllo huakhar.Akhinya mereka digiring spt bebek.LANGKA BEBEK!!!MAJU,,,JALAN!!!KWEK,,KWEK,,KWEK.IDEOLOGINYA?apalagi,,,sdh ketinggalan bung,andaikan masih dipakai,pasti kamu naik onta,lengkap denga sorban dan jenggot yg panjang tempat para kutu bergelantungan ditemani empat istri.pertarunga ideologi akan berlangsung sampai dunia kiamat bung,dan yg runtuh tdk akan pernah hidup kembali.tdk percaya,,keluarlah dr tempurung dan lihatlah apa yg terjadi
ReplyDelete