bagaimana Menyikapi Seruan,Pertanyaan, Berita dan sebagai penyeru kebaikan

Menyikapi tentang Nasehat fokuskan pada Subtansi nasehatnya bukan Siapa pemberi nasehat.
Menyikapi sebuah pertanyaan atau kevalidan sebuah berita 'prinsip' ini tidak bisa diterapkan.kita harus mencermati SIAPA yang menanyakan agar bisa menjelaskan sesuai 'kemampuan bahasa' sang penanya,apalagi terkait kevalidan berita kita perlu tahu 'mengkaji sanadnya'
BAGI PENYERU PADA JALAN KEBAIKAN harus berusaha ia sendiri mempraktekan akan seruannya,jangan sampai seperti kelakuan sebagian umat nabi musa

Kelakuan sebagian pengikut Nabi musa tersebut diabadikan didalam Qs Albaqarah 44

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ

[2:44] Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?

walaupun Ayat ini menceritakan tentang Umat nabi musa tetapi jelas hal ini harus jadi pelajaran bagi seluruh umat Manusia karena Alqur'an diturunkan untuk petunjuk umat manusia.

dalam hal "penyaringan informasi" Ulama terdahulu memberikan contoh kongkrit,yaitu sebagaimana yang dilakukan Imam Bukhori dan imam muslim dan para ahli hadist yang begitu sangat hati hati dalam menyeleksi sebuah hadist,dan para Ahli hadist yaitu dengan kritiria penelitian dengan menggunakan standar penelitian SANAD DAN MATAN
kemudian menyikapi pesan nasehat dll ,prinsip Lebih mengedepankan pada SUBTANSI PESAN dan MENGABAIKAN SIAPA penyampai pesan agar dalam menyikapi sebuah NASEHAT BERSIKAP OBYEKTIF mungkin,tidak larut pada penilaian subyektif terhadap Pribadi penyampai.

Perasaan suka/cinta atau benci kepada seseorang seringkali membuat tidak obyektif dalam memahami sebuah pesan

dan kembali ke persoalan sebagai PENYERU KEPADA JALAN KEBAIKAN yang terkait dengan Qs 2:44 nyambung dengan status sebelumnya,saya reposting sebagian yaitu :

seberapapun seriusnya kita melakukan perbaikan pada diri sendiri (internal) tidak mungkin kita bisa meraih hasil kebaikan yang sempurna (yang tidak ada satupun kesalahan)agar dianggap memenuhi persyaratan untuk menyeru kebaikan untuk orang lain.

tetapi bisa kita lakukan seiring berjalan, terus berusaha memperbaiki diri sendiri sekaligus memanfaatkan waktu yang ada untuk menyeru kebaikan untuk orang lain.

Semoga kita semua ingat pesan rasulullah saw ini :

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”

maka jadikan setiap aktifitas kita dalam memperbaiki diri sendiri dan menyeru perbaikan kepada orang lain adalah sarana belajar mempraktekan kitab yang diturunkan sebagai petunjuk manusia,yaitu Al Qur'an.

dan kita berusaha berbagi/share/mengajarkan tentang apa yang sudah kita ketahui tentang Ayat ayat Allah kepada orang lain tersebut.

dan semoga kita termasuk golongan orang yang terbaik sebagai pesan nabi di atas dan juga Firman Allah swt ini :

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
[
3:110] Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

sangat jelas dan tegas ciri ciri Umat terbaik adalah Amar ma'ruf nahi munkar dan beriman kepada Allah ,jelas ciri ciri orang yang tidak hanya peduli kepada diri sendiri saja tetapi peduli kepada orang lain

http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=115005378602830&id=1644267586

subtansinya penyampaikan pesan harus terus berusaha terus memperbaiki diri tidak perlu takut menyeru kebaikan walaupun sadar betul masih punya kekurangan disana sini,justru banyak menyeru memotivasi semangatnya untuk terus berusaha memperbaiki diri dan penerima seruan kebaikan tidak perlu larut mencari cari bukti apakah PENYERU sudah mempraktekan apa yang disampaikannya atau belum.

karena kalau ia memilih hal tersebut maka sama saja ia melarutkan diri sibuk mencari cari kesalahan orang lain dibandingkan memperbaiki diri.
karena tindakan tersebut sedikitpun tidak memberi manfaat bagi yang diseru yang memilih mencari cari bukti apakah yang menyeru sudah mempraktekan,kecuali sekedar memperturutkan hawa nafsu

dalam hal ini justru SANGAT PRODUKTIF adalah PENYERU dan yang diseru melarutkan diri untuk berlomba lomba dalam hal kebaikan,atau menggunakan waktu yang ada untuk saling mengingatkan akan kebenaran dan kesabaran itupun harus dengan cara cara yang benar,setidaknya kalau diri kita dalam posisi bersalah maka kita berharap diingatkan dengan cara cara yang baik juga



Sumber : Status Facebook

1 komentar:

himpunan kajian islam said...

tambahan,
istiqomah, teliti berita itu dan bersabarlah....

billaahi sabiilil Haq